Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang
dari segi fisik, terdiri dari Perairan Nusantara seluas 2.8 juta km2, Laut
Teritorial seluas 0.3 juta km2. Perairan Nasional seluas 3,1 juta km2, luas
Daratan sekitar 1,9 juta km2, Luas Wilayah Nasional 5,0 juta km2, luas ZEE (Zona
Ekonomi Eksklusif) sekitar 3,0
juta km2, panjang garis pantai lebih dari 81.000 km dan jumlah pulau lebih dari
18.000 pulau.
Sumber Daya Laut yang terdapat di seluruh pesisir kepulauan Indonesia telah
memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat dan Indonesia, terutama bagi
masyarakat daerah pesisir. Pemanfaatan Sumber Daya Laut yang dinamis dan
relevan akan meningkatkan kualitas berbagai sektor yang menguasai masyarakat
daerah pesisir. Sumber Daya Laut meliputi Air dan Biota Laut, di mana Biota
Laut adalah tumbuhan dan hewan laut.
Sumber daya kelautan daerah pesisir yang akan dimanfaatkan dapat dikelompokkan
menjadi tiga kategori, yaitu (1) sumber daya dapat pulih, (2) sumber daya tidak dapat pulih, dan (3) sumber energi.
1. Sumber Daya Dapat Pulih
Potensi sumberdaya dapat pulih terdiri dari sumber daya perikanan tangkap,
perikanan budidaya, dan bioteknologi kelautan. Dengan luas laut 5,8 juta km2,
perairan Indonesia diperkirakan memiliki potensi lestari ikan laut sebesar 6,4
juta ton pertahun. Potensi tersebut terdiri dari ikan pelagis besar 1,65 juta
ton, ikan pelagis kecil 3,6 juta ton, ikan demersal 1,36 juta ton, ikan karang
145 ribu ton, udang peneid 94,8 ribu ton, lobster 4,8 ribu ton, dan cumi-cumi
28,25 ribu ton (Dahuri, 2003).
Selain potensi perikanan tangkap, Indonesia memiliki potensi perikanan budidaya
yang cukup besar. Berdasarkan hitungan sekitar 5 km dari garis pantai ke arah
laut, potensi lahan kegiatan budidaya laut diperkirakan sekitar 24,53 juta ha
yang terbentang dari ujung bagian barat Indonesia sampai ke ujung wilayah timur
Indonesia. Komoditas-komoditas yang dapat dibudidayakan pada areal tersebut
antara lain: ikan kakap, kerapu, tiram, kerang darah, teripang, kerang mutiara,
abalone, dan rumput laut. Pada tahun 2000, kegiatan budidaya laut
(marikultur) mencapai produksi sebesar 994,962 ton dengan nilai sebesar Rp 1,36
triliun berdasarkan nilai pada tingkat produsen (Statistik Budidaya Perikanan,
2001).
Bioteknologi kelautan dapat memberikan kontribusi ekonomi yang besar bagi
pembangunan bangsa Indonesia. Berbagai bahan bioaktif yang terkandung dalam
biota perairan laut seperti Omega-3, hormon, protein dan vitamin memiliki
potensi yang sangat besar bagi penyediaan bahan baku industri farmasi dan kosmetik.
Diperkirakan lebih dari 35.000 spesies biota laut memiliki potensi sebagai
penghasil bahan obat-obatan, sementara yang dimanfaatkan baru 5.000 spesies.
Beberapa jenis obat atau vitamin yang diekstrak dari laut misalnya, minyak dari
hati ikan sebagai sumber vitamin A dan D, insulin diekstrak dari ikan paus dan
tuna, sedangkan obat cacing dapat dihasilkan dari alga merah.
2. Sumber Daya Tidak Dapat Pulih
Sumberdaya tidak dapat pulih meliputi seluruh mineral dan geologi.
Indonesia sebagai negara maritim memiliki kandungan minyak dan gas bumi yang
besar, berdasarkan data geologi, diketahui bahwa Indonesia memiliki 60 cekungan
potensi yang mengandung minyak dan gas bumi. Dari 60 cekungan tersebut, 40
cekungan terdapat di lepas pantai, 14 cekungan berada di daerah transisi
daratan dan lautan (pesisir) dan hanya 6 cekungan yang berada di daratan. Dari
60 cekungan tersebut diperkirakan dapat menghasilkan 84,48 milyar berel minyak,
namun baru 9,8milyar barel yang diketahui dengan pasti, sedangkan sisanya sebesar
74,68 milyar barel berupa kekayaan yang belum dimanfaatkan. Meskipun cadangan
minyak dan gas bumi Indonesia cukup besar, namun cadangan ini tersebar pada
lokasi yang cukup jauh dari pusat konsumen dan jaringan pipa gas.
3. Energi Kelautan
Energi Kelautan merupakan energi non-konvensional dan termasuk sumberdaya
kelautan non hayati yang dapat diperbaharui yang memiliki potensi untuk
dikembangkan di kawasan pesisir dan lautan Indonesia. Keberadaan sumberdaya ini
dimasa yang akan datang semakin signifikan manakala energi yang bersumber dari
BBM (bahan bakar minyak) semakin menipis. Jenis energi kelautan yang berpeluang
dikembangkan adalah Ocean
Thermal Energy Conversion (OTEC),
energi kinetik dari gelombang, pasang surut dan arus, konversi energi dari perbedaan
salinitas.
Perairan Indonesia merupakan suatu wilayah perairan yang sangat ideal untuk
mengembangkan sumber energi OTEC. Hal ini dimungkinkan karena OTEC didasari
pada perbedaan suhu air laut permukaan dengan suhu air pada kedalaman 1 km
minimal 20°C. Hal ini terlihat dari banyak laut, teluk serta selat yang cukup
dalam di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar bagi pengembangan OTEC.
Salah satu pilot plant OTEC dikembangkan di pantai utara Pulau Bali.
Sumber energi kelautan lainnya, antara lain energi yang berasal dari perbedaan
pasang surut, dan energi yang berasal dari gelombang. Kedua macam energi
tersebut juga memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan di Indonesia.
Kajian terhadap sumber energi ini seperti yang dilakukan oleh BPPT bekerjasama
dengan Norwegia di Pantai Baron, D. I Yogyakarta. Hasil dari kegiatan ini
merupakan masukan yang penting dan pengalaman yang berguna dalam upaya
Indonesia mempersiapkan sumberdaya manusia dalam memanfaatkan energi non
konvensional. Sementara itu, potensi pengembangan sumber energi pasang surut di
Indonesia paling tidak terdapat di dua lokasi, yaitu Bagan Siapi-Api dan
Merauke, karena di kedua lokasi ini kisaran pasang surutnya mencapai 6 meter.
Seluruh potensi sumber daya laut akan dimanfaatkan dengan sistem Prioritas
Potensi. Sistem ini diterapkan dengan cara sirkulasi pemanfaatan hasil laut dan
energi kelautan. Setiap potensi akan dianalisis oleh badan tertentu, dan akan
dipilah-pilah sehingga terkumpul sumber daya yang potensial dan kurang potensial.
Sumber daya potensial akan diprioritaskan untuk dimanfaatkan dan selanjutnya
digunakan teknologi bioproses untuk pengolahannya. Sedangkan untuk sumber daya
potensial akan dilakukan pembenahan yang relevan dan akan meningkatkan kulitas
dan kuantitas potensi dari sumber daya tersebut.
Setelah sistem Prioritas Potensi dilakukan, kemudian seluruh hasil akan
dimanajemen dengan sistem koordinasi sumber daya laut, di mana setiap kawasn
pesisir akan terdapat setiap cabang pengawasan dan koordinasi untuk mengkoordinasi hasil laut.
Hasil laut akan terstatistik dengan baik, sehingga sumber daya laut pesisir
menjadi berkualitas dan terkendali.
Potensi-potensi besar yang dimiliki oleh laut Indonesia,
sepatutnya harus dimanfaatkan dan dikembangkan. Sebagai negara dengan tingkat
potensi maritim besar, maka rakyat Indonesia harus mendapatkan keuntungan dari
bidang maritim tersebut. Peran serta pemerintah dalam pengembangan kemaritiman
harus segera dirubah dengan perubahan mengarah kepada kesejahteraan rakyat.
Masyarakat daerah pesisir yang cenderung berekonomi rendah dapat menikmati
perekonomian yang lebih baik apabila potensi kemaritiman dapat dikembangkan
dengan baik. Peningkatan potensi maritim, terutama masalah energi dan sumber
daya alamnya akan meningkatkan devisa negara Indonesia.
Hafif Dafiqurrohman
Mesin UI 2011
0 comments:
Post a Comment