Indonesia, negara subur makmur, digdaya akan keluasan
tanah leluhurnya, kaya akan manusianya yang mencapai peringkat 4 dunia. Potensi
sumber daya Indonesia yang sangat luas ternyata membuat negara ini terkena
virus paradigma yang “meyesatkan”. Norman K. Denzin membagi
paradigma kepada tiga elemen yang meliputi; epistemologi, ontologi, dan
metodologi. Epistemologi mempertanyakan tentang bagimana cara kita
mengetahui sesuatu, dan apa hubungan antara peneliti denganpengetahuan.
Ontologi berkaitan dengan pertanyaan dasar tentang hakikat realitas.
Metodologi memfocuskan pada bagaimana cara kita
memperoleh pengetahuan. Sedangkan paradigma yang berkembang dalam masyarakat berarti pandangan
masyarakat secara umum dan mendasar yang menyeluruh.
Paradigma yang berkembang dalam masyarakat akibat dari
proses panjang sejarah setelah kemerdekaan menjadikan jati diri bangsa
Indonesia lama-lama semakin memudar. Paradigma sangat berhubungan dengan erat
dengan kepribadian dan karakter. Kepribadian adalah respon kita atau biasa disebut etika yang kita
tunjukkan ketika berada di tengah-tengah orang banyak, seperti cara berpakaian,
berjabat tangan, dan berjalan. Sedangkan Karakter adalah respon kita ketika sedang 'di atas' atau
ditinggikan. Apakah kita putus asa, sombong, atau lupa diri. Bentuk respon
itulah kita sebut karakter. Namun kepribadian dan karakter berbeda satu sama
lain, karena basis dari karakter adalah kepribadian.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah maupun NGO
(Non-Govermental Organization), memberikan pendidikan karakter dan kepribadian.
Namun kebanyakan pendidikan karakter yang disuarakan oleh berbagai instansi
terkadang hanya “kulit”nya, atau hanya sekedar menjangkau sebagian orang.
Selain itu banyaknya penduduk Indonesia membuat pendidikan karakter yang
dicanangkan pemerintah kurang begitu tepat objek maupun subjek. Padahal
pendidikan karakter dan kepribadian adalah salah satu cara untuk mengubah
bangsa ini untuk kembali ke basisnya.
Kemajuan sistem teknologi informasi internet
seharusnya dimanfaatkan sebagai bentuk sistem pendidikan karakter untuk bangsa
ini. Bangsa Indonesia satu dekade ini menjadi bangsa yang sangat aktif dalam
jejaring sosial. Menduduki peringkat ketiga sebagai negara pengguna jejaring
sosial Facebook maupun Twitter. Sebagai negara yang sering menggunakan jejaring
sosial, maka kesempatan untuk memeratakan pendidikan karakter dan kepribadian
harus segera dibangun melalui teknologi informasi. Selain itu dengan pemerataan
secara jangka pendek akan cepat dilakukan, karena sebuah info saja yang
diajukan sebagai trending topic dalam jejaring sosial cepat menyebar ke semua pengguna jejarig sosial.
Sistem jangka pendek sangat efektif dilakukan dengan
sistem jejaring sosial, karena pengguna jejaring sosial juga lumayan banyak di
Indonesia. Untuk sistem jangka panjang adalah tanggung jawab pengguna jejaring
sosial yang telah mendapatkan pendidikan karakter dan kepribadian secara
online. Mereka harus memberikan dan meyebarkan pendidikan karakter dan
kepribadian ke orang sekitarnya. Sehingga integrasi kedua sistem adalah e-NCC
(e-National Character Community), sebagai komunitas dalam jejaring sosial
pendidikan karakter dan kepribadian Indonesia.
Komunitas ini akan menjangkau seluruh kalangan
pengguna jejeraing sosial, karena sekarang para pemuda, mulai dari kalangan
atas sampai bawah, banyak yang memakai jasa jejaring sosial. Komunitas ini akan
bisa didukung oleh komunitas pengembangan kepemudaan, seperti yang ada di
Universitas Indonesia, yaitu Indonesia Leadership Development Program, dan akan
diintegrasikan dengan sebuah Leadership Center, sehingga akan tercipta sebuah
komunitas yang lebih kuat secara luar dan dalam. Tujuan akhirnya adalah
menjadikan Indonesia lebih berpotensi menuju bangsa yang beradab dan
bermartabat.