Saturday, April 21, 2012

Manajemen Diri dalam Kepemimpinan


Apa sih Manajemen Diri itu? Atau kenapa harus ada Manajemen Diri? Pentingkah Manajemen Diri itu? Ya, manajemen diri sangat berhubungan dengan manajemen waktu dan kepemimpinan. Tetapi, mengapa yang sekarang digembor-gemborkan oleh mahasiswa tidak jarang dan tidak bukan "hanya" kepemimpinan saja. Apakah menjadi seorang pemimpin itu tidak melewati proses-proses menuju klimaks keseimbangan manusia? Apakah menjadi pemimpin itu bisa se-instan makanan junkfood?
Mendengar kata leadership atau kepemimpinan, rasanya seperti memasukkan sebuah angin ke kuping kanan lalu keluar melalui kuping kanan. Seyogyanya pada zaman modern ini, kata-kata leadership selalu digembor-gemborkan oleh para trainer atau aktivis-aktivis kampus. Namun menurut Dr. Arief Munandar, S.E., M.E., esensi dari leadership tersebut adalah NOL BESAR. Banyak sekali kalimat terucap tanpa langkah konkrit dari leadership itu sendiri, tetapi langkah konkritnya itu di mana dan ke mana? Pada analisis kultur dasar keteknikan modern (program Teknik Sarjana) , kita -di sini penulis sebagai mahasiswa Teknik Mesin, mengedepankan konsep Mengapa daripada konsep Bagaimana, bukan mengedepankan konsep Bagaimana daripada Mengapa seperti orang Politeknik atau Diploma (berdasarkan teorema dari dosen Visualisasi dan Pemodelan Mekanikal penulis, Ir. R. tris budiono M, M.Si.). Namun untuk leadership (sepertinya agak tidak enak juga menyebut kata ini), sesungguhnya menerapkan prinsip Bagaimana, Bagaimana, Bagaimana, baru Mengapa.
Gembar-gembor dari prinsip leadership juga diapresiasikan dalam berbagai bentuk Latihan Kepemimpinan. Tetapi apakah hal tersebut merupakan wujud dari dibutuhkannya leadership di masyarakat luas? Ataukah hanya sekedar ekspresi terhadap keputusasaan dalam mencari sosok pemimpin yang bagus? Menurut Steve Covey, leadership is private victories precede public victories, yaitu kita sebagai seorang pemimpin harus mampu mendahulukan kepentingan publik daripada kepentingan individu. Seorang pemimpin harus mengendalikan egonya sendiri, jangan sampai egonya menjadi pengusanya.
Sebagai manusia yang Tuhan pun sudah memberi tugas kepada kita (Q.S. Al-Baqarah ayat 30), maka manusia harus bertindak sebagai pemimpin, baik dalam lingkup kecil ataupun besar, baik untuk sendiri, maupun orang sekitarnya. Pemimpin untuk sekitar itu, harus membuat lingkungan paham atas kita, paham atas apa yang kita maksudkan. Pemimpin adalah orang yang mampu mengkomunikasikan informasi dengan baik, bukan sekedar banyak bacot namun tidak berisi, tetapi pemimpin mempunyai cara penyampaian informasi yang oriented dan to the point. 
Berbicara mengenai seorang manusia yang ingin jadi pemimpin, seharusnya kita memulai dari dasar prinsip ini "how you think, how yo act, and who you are", renungan dari kata-kata think, act, and you. Landasan alur untuk menjadi manusia beradab dan berguna adalah manusia harus berpikir sebelum melakukan suatu tindakan, karena berpikir sendiri merupakan strategi paling penting untuk merangkul suatu masalaha atau keadaan.
Terakhir yang paling penting adalah 3 prinsip dalam menuju sebuah kepemimpinan.
  1. Orientasi pada manusia
  2. Harus "cerdas"
  3. Harus punya nyali
Sebelum memasuki target kepemimpinan, manusia harus mengerti, dirinya itu untuk apa sih menjadi manusia dan pemimpin. Apakah dirinya hanya ingin menjadi penguasa yang dikenal akan eksistensinya? Atau karena gengsi menjadi seorang pemimpin? Atau hanya sekedar ingin memanfaatkan kepemimpinannya sebagai peluru individu? NO. Manusia itu harus orientasi pada manusia. SOLIDARITY FOREVER manusia itu. Tanpa kesadaran akan kesatuan mereka, maka tidak akan ada interaksi dalam suatu komunitas.
Apa sih makna dari kata "cerdas" itu? Apakah manusia dengan IQ tinggi? Atau manusia dengan IPK 4,00? Ataukah mereka-meraka yang apabila diberi soal, bisa jawab semua soal itu? Makna dari kata cerdas sendiri bukanlah mereka yang tidak hanya sekedar cerdas dari segi akademik, tetapi makna kata cerdas adalah mereka yang mampu meyeimbangkan dua sisi kehidupannya. INDIVIDUAL dan SOSIAL. Cerdas adalah strategi, cerdas adalah manajemen, cerdas adalah prinsip ketekunan. Cerdas adalah mereka yang mampu membagi hidupnya untuk dua keadaan yang seimbang. Percuma memiliki pemimpin yang berat sebelah hidupnya, ibarat dia mempunya 4 buah balok yang dihubungkan secara bujur persegi, namun di putar di salah satu baloknya saja. Apa yang terjadi? Momen inersianya tidak sama antara satu balok dengan balok yang lain, yang menandakan seorang pemimpin tidak bisa menyeimbangkan dirinya.
Pemimpin itu wajib berani. Berani menghadapi resiko, berani menghadapi kehidupan, bahkan berani menghadapi kematian. Silahkan direnungkan sendiri arti nyali bagi diri Anda masing-masing, karena ukuran nyali terbesar adalah mengalahkan ego Anda sendiri.


"Pemimpin itu di bawah, di belakang, dan mendorong, sedangkan yang dipimpin itu di atas, di depan, dan didorong. Karena pemimpin itu mendorong, bukan menarik."

Hafif Dafiqurrohman
Mesin 2011/UISDP 2012