Friday, April 6, 2012

Peningkatan Potensi Energi Dan Sumber Daya Laut dengan Sistem Terintegrasi Untuk Meningkatkan Mutu Masyarakat Daerah Pesisir



Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi fisik, terdiri dari Perairan Nusantara seluas 2.8 juta km2, Laut Teritorial seluas 0.3 juta km2. Perairan Nasional seluas 3,1 juta km2, luas Daratan sekitar 1,9 juta km2, Luas Wilayah Nasional 5,0 juta km2, luas ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) sekitar 3,0 juta km2, panjang garis pantai lebih dari 81.000 km dan jumlah pulau lebih dari 18.000 pulau.
Sumber Daya Laut yang terdapat di seluruh pesisir kepulauan Indonesia telah memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat dan Indonesia, terutama bagi masyarakat daerah pesisir. Pemanfaatan Sumber Daya Laut yang dinamis dan relevan akan meningkatkan kualitas berbagai sektor yang menguasai masyarakat daerah pesisir. Sumber Daya Laut meliputi Air dan Biota Laut, di mana Biota Laut adalah tumbuhan dan hewan laut.   
Sumber daya kelautan daerah pesisir yang akan dimanfaatkan dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu (1) sumber daya dapat pulih, (2) sumber daya tidak dapat pulih, dan (3) sumber energi.
1.      Sumber Daya Dapat Pulih
Potensi sumberdaya dapat pulih terdiri dari sumber daya perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan bioteknologi kelautan. Dengan luas laut 5,8 juta km2, perairan Indonesia diperkirakan memiliki potensi lestari ikan laut sebesar 6,4 juta ton pertahun. Potensi tersebut terdiri dari ikan pelagis besar 1,65 juta ton, ikan pelagis kecil 3,6 juta ton, ikan demersal 1,36 juta ton, ikan karang 145 ribu ton, udang peneid 94,8 ribu ton, lobster 4,8 ribu ton, dan cumi-cumi 28,25 ribu ton (Dahuri, 2003).
Selain potensi perikanan tangkap, Indonesia memiliki potensi perikanan budidaya yang cukup besar. Berdasarkan hitungan sekitar 5 km dari garis pantai ke arah laut, potensi lahan kegiatan budidaya laut diperkirakan sekitar 24,53 juta ha yang terbentang dari ujung bagian barat Indonesia sampai ke ujung wilayah timur Indonesia. Komoditas-komoditas yang dapat dibudidayakan pada areal tersebut antara lain: ikan kakap, kerapu, tiram, kerang darah, teripang, kerang mutiara, abalone, dan rumput laut. Pada tahun 2000, kegiatan budidaya laut
(marikultur) mencapai produksi sebesar 994,962 ton dengan nilai sebesar Rp 1,36 triliun berdasarkan nilai pada tingkat produsen (Statistik Budidaya Perikanan, 2001).
Bioteknologi kelautan dapat memberikan kontribusi ekonomi yang besar bagi pembangunan bangsa Indonesia. Berbagai bahan bioaktif yang terkandung dalam biota perairan laut seperti Omega-3, hormon, protein dan vitamin memiliki potensi yang sangat besar bagi penyediaan bahan baku industri farmasi dan kosmetik. Diperkirakan lebih dari 35.000 spesies biota laut memiliki potensi sebagai penghasil bahan obat-obatan, sementara yang dimanfaatkan baru 5.000 spesies. Beberapa jenis obat atau vitamin yang diekstrak dari laut misalnya, minyak dari hati ikan sebagai sumber vitamin A dan D, insulin diekstrak dari ikan paus dan tuna, sedangkan obat cacing dapat dihasilkan dari alga merah.
2.      Sumber Daya Tidak Dapat Pulih
Sumberdaya tidak dapat pulih meliputi seluruh mineral dan geologi. Indonesia sebagai negara maritim memiliki kandungan minyak dan gas bumi yang besar, berdasarkan data geologi, diketahui bahwa Indonesia memiliki 60 cekungan potensi yang mengandung minyak dan gas bumi. Dari 60 cekungan tersebut, 40 cekungan terdapat di lepas pantai, 14 cekungan berada di daerah transisi daratan dan lautan (pesisir) dan hanya 6 cekungan yang berada di daratan. Dari 60 cekungan tersebut diperkirakan dapat menghasilkan 84,48 milyar berel minyak, namun baru 9,8milyar barel yang diketahui dengan pasti, sedangkan sisanya sebesar 74,68 milyar barel berupa kekayaan yang belum dimanfaatkan. Meskipun cadangan minyak dan gas bumi Indonesia cukup besar, namun cadangan ini tersebar pada lokasi yang cukup jauh dari pusat konsumen dan jaringan pipa gas.
3.      Energi Kelautan
Energi Kelautan merupakan energi non-konvensional dan termasuk sumberdaya kelautan non hayati yang dapat diperbaharui yang memiliki potensi untuk dikembangkan di kawasan pesisir dan lautan Indonesia. Keberadaan sumberdaya ini dimasa yang akan datang semakin signifikan manakala energi yang bersumber dari BBM (bahan bakar minyak) semakin menipis. Jenis energi kelautan yang berpeluang dikembangkan adalah Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC), energi kinetik dari gelombang, pasang surut dan arus, konversi energi dari perbedaan salinitas.
Perairan Indonesia merupakan suatu wilayah perairan yang sangat ideal untuk mengembangkan sumber energi OTEC. Hal ini dimungkinkan karena OTEC didasari pada perbedaan suhu air laut permukaan dengan suhu air pada kedalaman 1 km minimal 20°C. Hal ini terlihat dari banyak laut, teluk serta selat yang cukup dalam di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar bagi pengembangan OTEC. Salah satu pilot plant OTEC dikembangkan di pantai utara Pulau Bali.
Sumber energi kelautan lainnya, antara lain energi yang berasal dari perbedaan pasang surut, dan energi yang berasal dari gelombang. Kedua macam energi tersebut juga memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan di Indonesia. Kajian terhadap sumber energi ini seperti yang dilakukan oleh BPPT bekerjasama dengan Norwegia di Pantai Baron, D. I Yogyakarta. Hasil dari kegiatan ini merupakan masukan yang penting dan pengalaman yang berguna dalam upaya Indonesia mempersiapkan sumberdaya manusia dalam memanfaatkan energi non konvensional. Sementara itu, potensi pengembangan sumber energi pasang surut di Indonesia paling tidak terdapat di dua lokasi, yaitu Bagan Siapi-Api dan Merauke, karena di kedua lokasi ini kisaran pasang surutnya mencapai 6 meter.
Seluruh potensi sumber daya laut akan dimanfaatkan dengan sistem Prioritas Potensi. Sistem ini diterapkan dengan cara sirkulasi pemanfaatan hasil laut dan energi kelautan. Setiap potensi akan dianalisis oleh badan tertentu, dan akan dipilah-pilah sehingga terkumpul sumber daya yang potensial dan kurang potensial. Sumber daya potensial akan diprioritaskan untuk dimanfaatkan dan selanjutnya digunakan teknologi bioproses untuk pengolahannya. Sedangkan untuk sumber daya potensial akan dilakukan pembenahan yang relevan dan akan meningkatkan kulitas dan kuantitas potensi dari sumber daya tersebut.
Setelah sistem Prioritas Potensi dilakukan, kemudian seluruh hasil akan dimanajemen dengan sistem koordinasi sumber daya laut, di mana setiap kawasn pesisir akan terdapat setiap cabang pengawasan dan koordinasi untuk mengkoordinasi hasil laut. Hasil laut akan terstatistik dengan baik, sehingga sumber daya laut pesisir menjadi berkualitas dan terkendali.
Potensi-potensi besar yang dimiliki oleh laut Indonesia, sepatutnya harus dimanfaatkan dan dikembangkan. Sebagai negara dengan tingkat potensi maritim besar, maka rakyat Indonesia harus mendapatkan keuntungan dari bidang maritim tersebut. Peran serta pemerintah dalam pengembangan kemaritiman harus segera dirubah dengan perubahan mengarah kepada kesejahteraan rakyat.
Masyarakat daerah pesisir yang cenderung berekonomi rendah dapat menikmati perekonomian yang lebih baik apabila potensi kemaritiman dapat dikembangkan dengan baik. Peningkatan potensi maritim, terutama masalah energi dan sumber daya alamnya akan meningkatkan devisa negara Indonesia.

Hafif Dafiqurrohman
Mesin UI 2011


Ahmad dan Fiqur


Realita kehidupan manusia terkadang jauh dari ekspektasi tujuan yang diinginkan. Kesuksesan dalam hidup merupakan tujuan hampir semua orang yang ingin maju, karena manusia itu punya dasar untuk bisa memuaskan dirinya. Hidup juga terkadang di atas kadang juga di bawah, apabila di atas bisa semakin ke atas laiknya akan menggapai awan, apabila di bawah bisa semakin ke bawah laiknya jalan yang selalu dilindasi ban mobil. Ekspektasi kesuksesan besar yang sering ditekankan ke anak oleh orang tua, begitu juga dengan reality story Ahmad dan Fiqur.
Ahmad, realita dunia nyata yang tengah hidup memenuhi kebutuhan keluarga. Fiqur merupakan anak tertua dari Ahmad, yang sedang menempuh pendidikan di jenjang MTs, tepatnya di sebuah MTs Negeri di kabupaten dekat dengan Surabaya. Fiqur yang cenderung pendiam dan tertutup, bersekolah di sebuah MTs Negeri dengan kultur agama yang sangat kental. Padahal SD-nya ditempuh di SD Negeri yang kultur agamanya kurang kental. Mulailah hidup Fiqur berubah menjadi kehidupan bernuansa islami, tetapi dia tetap tidak bisa menghilangkan kesenangannya di bidang eksakta, Matematika. Kehidupan matematika yang sungguh mengasyikkan bagi Fiqur itulah, yang membuat dia menjadi tertutup dengan dunia luar.
Sebagai orang tua dari Fiqur, Ahmad selalu menginginkan Fiqur untuk menjadi yang terbaik di manapun. Padahal orang itu nggak selamanya bisa di atas, kadang juga dia berada di bawah. Seperti kata pepatah, orang itu tidak selamanya sukses, atau orang itu tidak selamanya dalam kegagalan. Pernah suatu ketika Fiqur terlempar dari peringkat di kelas unggulan –karena Fiqur waktu itu berada di kelas unggulan MTs selama 3 tahun, Ahmad seperti menaruh harapan besar, sehingga Fiqur merasa salah besar, seperti hukum fisika yang dinyatakan dengan sebanding atau berbanding lurus. Tetapi setelah keadaan yang merupakan salah satu kegagalan terbesar Fiqur, si anak ini bangkit menjadi orang yang fokus dalam pelajaran. Bukti konkrit Fiqur adalah dia berhasil menjadi peringkat 1 dalam semua Try-Out yang diadakan sekolah dan pihak Dinas Pendidikan Kabupaten. Bahkan pada Try-Out tingkat Kabupaten, Fiqur menjadi yang terbaik se-Kabupaten. Sebuah bukti nyata yang diberikan Fiqur kepada Ahmad.
Tidak etis rasanya kalau cuma membahas Fiqur, sekarang giliran membahas Ahmad. Ahmad merupakan seorang buruh pabrik di sebuah anak perusahaan BUMN di kabupaten tempat Ahmad dan Fiqur hidup. Sebagai buruh pabrik dengan penghasilan pas-pasan, Ahmad harus menghidupi keluarga yang berjumlah 6 orang termasuk Fiqur. Bisa dibayangkan bagaimana cara me-manage keuangan keluarga tersebut. Padahal secara keadaan fisik –maaf, Ahmad tidak memiliki fisik sesempurna orang lain. Sebelum lahirnya Fiqur, Ahmad mengalami musibah sehingga dia harus mengalami cacat permanen pada kaki kirinya. Namun dia tetap bersemangat untuk menghidupi keluarga. Bagaimanapun caranya, meskipun dengan keadaan yang sesulit apapun, ayah, begitu Fiqur memanggil Ahmad, selalu memberikan apa yang dia mampu lakukan. Walaupun dengan keadaan yang tidak sempurna, ayah selalu mengusahakan semua kebutuhan keluarga.
Titik temu antara Ahamad dan Fiqur terjadi dalam berbagai hal yang termasuk pada kategori super krusial. Pada saat Fiqur mau lulus MTs, Ahmad menawari Fiqur untuk melanjutkan ke SMA Negeri terbaik di kabupaten tersebut. Fiqur pun masih mikir-mikir dengan perintah tersebut dikarenakan berbagai kondisi. Selain karena keterbatasan dana, juga karena jarak rumah ke sekolah yang terlalu jauh. Fiqur pun menawarkan untuk ngekos, namun Ahmad dan ibu tidak memperbolehkan untuk ngekos.
Memasuki masa pendaftaran siswa baru SMA tujuan Fiqur, Ahmad selalu mengurus Fiqur, mulai dari berkas-berkas yang dibutuhkan sampai mengantar Fiqur ke tempat pendaftaran. Semua hal tersebut dilakukan oleh Ahmad secara intens, walaupun secara fisik Ahmad berbeda dengan yang lain, tetapi semangat Ahmad untuk mengurus Fiqur sebagai anaknya sangat luar biasa. Sampai pada suatu saat, Ahmad mengalami sakit lumpuh sejenak yang membuat satu keluarga sedih. Fiqur menjadi sangat shock melihat keadaan ayahnya, Ahmad. Bagaimana bisa dia menerima kenyataan bahwa ayahnya akan menjadi lumpuh, padahal yang mengurus segala keperluan hidupnya adalah Ahmad. Namun, tiba-tiba dengan izin Allah, Ahmad pulih seperti sediakala hanya dalam waktu 1 hari. Allah telah melihat perjuangan Ahmad dan Fiqur dalam mengarungi tujuan mereka, dan Allah sepertinya ingin mereka melanjutkan perjuangan itu.
Perjuangan masuk SMA Negeri dilanjutkan, Fiqur mendaftar ditemani Ahmad untuk mengikuti tes di SMA tersebut, kebetulan pada saat itu ada tes TOEFL. Fiqur tidak mengerti sama sekali tentang TOEFL, dia tanya ayahnya juga tidak mengerti, maka dengan modal semangat Fiqur mengerjakan soal tes tulis maupun tes TOEFL. Beberapa hari kemudian pengumuman nilai pun dikeluarkan Dinas Pendidikan setempat, dan Fiqur berada di peringkat yang meyakinkan.Fiqur pun diterima di SMA Negeri favorit di daerahnya tersebut. Namun ada suatu hal yang membuat Fiqur sedih, bagaimana dia bisa membayar semua administrasi di SMA tersebut, padahal keluarganya merupakan keluarga dengan pendapatan pas-pasan. Tetapi Ahmad selalu menenangkan Fiqur, Ahmad terus men-support Fiqur untuk tidak usah menngkhawatirkan masalah biaya.
Tanpa sepengetahuan Fiqur, Ahmad berhutang dan menggadaikan BPKB sepeda motornya. Namun lama-lama Fiqur juga tahu hal itu dan bertepatan juga Fiqur merupakan salah satu nominasi masuk kelas Akselerasi (Percepatan Belajar). Perlu diketahui SPP untuk kelas Akselerasi adalah dua kali lipat SPP kelas reguler. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya mencari uang sebesar itu, padahal yang untuk masuk saja dari hutang. Tetapi sekali lagi Ahmad tetap meyemangati Fiqur untuk ikut program tersebut, namun sayangnya Fiqur tidak lolos pada tes tahap dua. Akhirnya Fiqur masuk program reguler, meskipun Ahmad agak sedikit kecewa. Selama 1 tahun belajar di SMA tersebut, Fiqur hidup terombang-ambing, karena harus hidup di pergaulan kota yang lebih keras, bersaing dengan anak-anak yang cerdas dan pintar. Pada akhir tahun pertama, Fiqur terlempar dari persaingan kelas unggulan dan harus pindah ke kelas biasa. Namun Fiqur tetap bersemangat, karena orang tuanya terus menyemangatinya.
Masuk ke kelas XI, Fiqur mengubah dirinya menjadi orang yang terbuka. Fiqur mengikuti berbagai organisasi SMA seperti OSIS dan Remas. Fiqur juga aktif dalam berbagai acara dengan menjadi panitia. Kehidupan Fiqur yang selama ini Study Oriented menjadi bergeser ke kehidupan yang lebih sosial. Fiqur lebih tertantang untuk membagi waktu antara belajar dan berorganisasi. Pertama-tama mengahadapi keadaan seperti ini Fiqur menjadi kewalahan, namun lama-lama menjadi biasa. Tetapi ada suatu hal yang mengganjal menurut Fiqur, yaitu dia tidak diperbolehkan ibunya untuk mengikuti organisasi. Ibunya ingin Fiqur belajar, belajar, dan belajar. Sekali lagi Ahmad seperti mengerti apa yang ingin dicapai Fiqur. Ahmad selalu menyemangati Fiqur dan menasehati ibu Fiqur agar Fiqur bisa mengikuti organisasi.
Semua keperluan yang diinginkan oleh Fiqur, entah yang berhubungan dengan belajar atau organisasi, disanggupi oleh orang tuanya meski dengan kemampuan seadanya. Dan di tahun ketiga Fiqur mendapatkan berbagai penghargaan yang berelasi dengan belajar dan organisasinya. Sebuah pencapaian yang datang karena kasih sayang ayah dan ibu yang besar. Ahmad yang selalu menyemangati apapun yang Fiqur inginkan dan ibunya yang selalu mendo’akannya. Namun menjelang akhir tahun ketiga, terjadi masalah lagi, di mana pada saat itu ada seleksi mahasiswa baru. Ibunya menghendaki kuliah di dekat-dekat daerahnya saja, sedangkan Fiqur ingin berkuliah di tempat yang jauh. Kebetulan pada saat itu juga Fiqur telah mendapatkan free pass untuk masuk ke perguruan tinggi negeri di dekat daerahnya. Namun untuk ke sekian kalinya Ahmad datang sebagai pahlawan, dan dia menyetujui Fiqur untuk berkuliah di tempat jauh dari daerahnya.
Akhirnya Fiqur diterima di Universitas yang menggunakan nama bangsa sebagai identitasnya. Sebuah pencapaian yang menurut Fiqur sebagai hadiah karena memiliki orang tua seperti itu. Karena hidup bukanlah sendirian, karena manusia hidup membutuhkan bimbingan, karena manusia hidup membutuhkan manusia lain. Begitu juga seperti kisah Ahmad dan Fiqur.
Ayahku adalah malaikat penyemangatku, sedangkan ibu adalah malaikat pelindungku. Ayahku selalu memberikan semangat, meskipun dia sendiri banyak kekurangan. Dia selalu mengusahakan apa yang aku butuhkan, walaupun itu sangat sulit didapat. Semangatnya yang tidak pernah pudar membuatku ingin seperti dia kapanpun dan di manapun. Aku tidak tahu apabila hidup tanpa ayahku, entah bagaimana aku sekarang. Aku mungkin tidak bisa berkuliah dengan beasiswa penuh seperti sekarang di salah satu Universitas terbaik di negara ini.
Ayah menjadi orang yang selalu bersemangat untuk men-support aku dan adikku untuk bersekolah lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Walaupun dia sendiri hanya bersekolah sampai SMP saja, sama seperti ibuku. Dan waktu SMP juga ayahku sudah bekerja, bagaimana dia pada masa remajanya sudah bekerja. Bagaimana semangatnya yang dari kecil tidak pernah pudar sampai sekarang. Aku akan menjadi orang yang terbaik ayah, dan akan aku lanjutkan nasehatmu untuk bersekolah lebih tinggi lagi di luar negeri.

-Hafif Dafiqurrohman Mesin UI’11