Pembangunan
karakter bangsa Indonesia sebagai salah satu pilar kebangsaan Indonesia semarak
disuarakan oleh para pemimpin bangsa Indonesia. Berbagai “calon” upaya
direncanakan oleh para pihak yang katanya berwenang, namun sampai saat ini,
belum satupun salah satu “calon” upaya mencapai titik terang parameter
keberhasilan. Tetapi apa saja parameter keberhasilan pembangunan karakter
bangsa? Mungkinkah akan merata sehingga bukan upaya normatif dan formatif yang
dicanangkan para pemimpin negeri ini?
Peningkatan
mutu pendidikan yang berbasis pada karakter kebangsaan menjadi fokus para
pemangku wewenang pendidikan negeri berjuta sumber daya ini. Menjadikan
Indonesia yang kembali ke kepribadiannya sendiri ternyata menjadi visi bersama.
Tetapi mengapa harus kita mengembalikan karakter kita yang telah lama hilang?
Menilik lebih jauh ke masa lampau, berbagai efek westernisasi kehidupan bangsa
telah menjadi sebuah sumber efektivitas penghancuran kepribadian bangsa.
Manusia-manusia negeri ini telah menghilangkan jati diri mereka dengan
meng”akulturasi”kan kehidupan mereka dengan kehidupan modern –setelah revolusi
industri Inggris.
Ekspansi
besar-besaran dari sistem barat mulai sedikit demi sedikit masuk ke Indonesia
sejak masa penjajahan, bahkan sebelum penjajahan Belanda. Setelah masa kemerdekaan,
pada zaman Ir. Soekarno berkuasa, Indonesia masih sedikit mempertahankan kepribadian
bangsa sendiri -mungkin, tetapi setelah itu apakah kepribadian bangsa masih
ada? Yang ada cuma keping-kepingan tulisan kepribadian bangsa dan definisinya
di berbagai buku teks kewarganegaraan, dan itu semua cuma sebagai bacaan, bukan
suatu tindakan yang harus dipertahankan dan diperjuangkan. Hanya manusia
Indonesia yang akan menjawab semua tantangan global atau masih primordial.
Semoga Indonesia kembali ke fitrahnya.
0 comments:
Post a Comment